SMS CENTER 081-390-075705(024) 7608201 - 7612334dispsda@yahoo.com | psda@jatengprov.go.id5/7 Jam 07.00 - 15.30 ( istirahat 12.00 - 13.00)

Jalur Ciregol Butuh Perhatian Khusus

Post 28 of 44
Jalur Ciregol Butuh Perhatian Khusus

SEMARANG – Faktor geologis, cuaca, dan aktivitas penambangan tanah tebing Ciregol di Desa Kutamendala Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes menjadi penyebab ambrolnya jalur Ciregol, Sabtu petang (11/4). Jalur utama penghubung jalur Pantai Utara (Pantura) dan jalur selatan Jateng itu telah beberapa kali ambrol, terutama saat musim hujan. Sehingga, butuh adanya penanganan khusus karena merupakan jalur padat arus lalu lintas kendaraan.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP pada acara dialog interaktif Ganjar Menyapa bertema Ciregol Ambles di rumah dinas Puri Gedeh, Selasa (14/4) mengatakan jalur Ciregol merupakan daerah rawan longsor. Pasalnya, berada di antara dua sungai besar, yakni Sungai Glagah dan Pedes. Arus sungai yang deras terutama saat curah hujan tinggi di wilayah Brebes menyebabkan bahu jalan tergerus erosi hingga ambrol.

Disinggung soal perbaikan, pihaknya menargetkan jalur yang ambles sekitar 100 meter itu selesai dalam tujuh hari. Saat ini Bina Marga Provinsi Jawa Tengah telah melakukan pelebaran sisi kanan dari jalur Pejagan sepanjang 280 meter. Selain itu, tebing bagian barat telah dikepras untuk pembuatan jalan baru, sehingga pada mudik lebaran nanti bisa dilalui pemudik. Secara operasional, kondisi jalan dapat difungsikan untuk dilalui berbagai jenis kendaraan, namun secara kualitas belum optimal.

”Perlu ada penanganan khusus untuk mengatasi ambrolnya jalur Ciregol. Karena kalau tidak, maka badan jalan akan patah dan tidak dapat dilalui kendaraan. Kami akan merelokasi jalan, karena jalan ini sudah tidak dapat dilalui sehingga harus mengepras bukit. Kebetulan warga pemilik tebing, yaitu Pak Sobirin setuju dan mendukung relokasi jalan,“ kata gubernur.

Ia menyebutkan sedikitnya terdapat tiga titik rawan longsor di jalur Kutamendala terutama saat musim hujan. Bahkan saat hujan lebat pada 2 Juni 2014 lalu terjadi longsor di bahu jalan, tepi Sungai Pedes sepanjang tujuh meter.

Sedangkan terkait maraknya aktivitas penambangan tanah perbukitan Ciregol untuk pembuatan batu bata, pihak Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng menggencarkan kampanye dan sosialisasi tentang penambangan dan pengendalian lingkungan.

”Penambangan boleh asal legal dan lokasinya tepat. Saya berharap, pemerintah kabupaten dan kota dapat mengendalikan kondisi lingkungan. Harus ada patroli lingkungan, tambang, bahan galian sehingga kegiatan penambangan dapat dimanfaatkan dapat dikendalikan dan dikontrol secara periodik. Selain itu, pemanfaatan bumi untuk kesejahteraan rakyat dapat diberikan kepada mereka,” terangnya.

Sementara itu salah seorang warga Manyaran Semarang, Edi Endarto melalui telepon mengatakan, Ciregol merupakan jalan nasional yang keberadaannya vital untuk transportasi dari arah Purwokerto, Tegal, Brebes dan begitu pula sebaliknya. Sehingga kondisi jalur Ciregol jangan hanya diperhatikan saat menjelang lebaran. Penanganan jalur tengah itu harus secara periodik agar tetap terawat dan terhindar dari kerusakan parah.

(humas jateng)

This article was written by humasjtg3

Menu