Oleh : Oleh: Azwar Annas Kunaifi, S.T., M.T
Banjir dan Rob adalah 2 (dua) kejadian yang akrab dengan penduduk di sekitar pesisir Pulau Jawa khususnya di Daerah Semarang dan Pekalongan. Banjir yang terjadi di musim penghujan, disebabkan karena limpasan air tidak dapat tertampung dengan cukup pada badan air seperti sungai, saluran drainase maupun prasarana sumber daya air lainnya, dimana laju airnya berasal dari hulu ke hilir. Sedangkan Rob jamak terjadi di musim kemarau karena limpasan air laut yang masuk ke daratan, dimana laju airnya dari hilir ke hulu.
2 (dua) hal yang bertolak belakang ini kemudian menjadi crash dalam hal konstruksi penanganannya. Kenapa? Karena penanganan banjir secara civil works mengisyaratkan pembuatan saluran drainase ke hilir semakin besar dimensinya. Sedangkan Rob yang berjalan dari hilir ke hulu akan mengikuti saluran drainase yang sama tetapi semakin ke hulu semakin menyempit. Untuk bisa mengakomodasi kedua permasalahan ini diperlukan suatu konstruksi badan air yang di satu sisi bisa menampung ketika air dari hulu datang (Banjir) dan sekaligus bisa menampung air ketika air dari hilir datang (Rob).
KOLAM RETENSI
Konsep dasar dari kolam retensi adalah menampung volume air ketika debit maksimum di sungai datang, kemudian secara perlahan-lahan mengalirkannya ketika debit di sungai sudah kembali normal. Secara spesifik kolam retensi akan memangkas besarnya puncak banjir yang ada di sungai, sehingga potensi over topping yang mengakibatkan kegagalan tanggul dan luapan sungai tereduksi.
Selain fungsi utamanya sebagai pengendali banjir, manfaat lain yang bisa diperoleh dari Kolam Retensi adalah:
A. Kolam Retensi yang berada di samping badan sungai.
Prinsip yang dipakai dalam pembangunannya harus tersedia lahan yang cukup karena secara parsial berada di luar alur sungai. Syarat yang lain adalah tidak mengganggu sistem aliran sungai yang ada.
Selanjutnya ? dapat di download disini
This article was written by admin_PPID