SEMARANG – Permukaan tanah di Kota Semarang yang ambles sekitar 10-12 cm per tahun merupakan imbas nyata penyedotan air tanah secara terus-menerus.
“Perda tentang persediaan air tanah yang disesuaikan dengan tata ruang wilayah dapat membatasi penyedotan air tanah. Masalah tanah dan air ini harus ditangani karena berkaitan dengan bencana banjir. Air tanah disedot sehingga permukaan tanah juga ikut turun. Sementara penyedotan air tanah belum bisa dihentikan karena pengelolaan air minum belum optimal,” terang Ketua Satuan Kerja Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Jawa Tengah Purwandi SP saat menerima kunjungan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP di Stasiun Pompa Drainase Tanjung Mas,Kamis (7/6).
Menurutnya, air baku yang dipasok dari Waduk Jatibarang ideal untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kota Semarang. Dengan demikian, masyarakat diharapkan tidak lagi mengandalkan penyedotan air tanah. Sementara, untuk antisipasi banjir diupayakan melalui mekanisme kolam retensi.
“Kolam ini kita jaga minus satu meter. Begitu banjir datang, kita tampung di kolam ini lalu dipompa. Kita perlu disposal area untuk wadah lumpur pengerukan sungai dan kolam ini. Luasnya sekitar 20 hektar. Perlu proses penekanan Bapak Gubernur kepada Bapak Walikota untuk tindak lanjut rencana ini,” jelasnya.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menyambut baik gagasan Satker Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Jawa Tengah untuk mengelola disposal area. Dirinya bahkan membayangkan, disposal area tersebut dapat multifungsi bagi masyarakat setempat di masa mendatang. Misalnya, dapat dibangun rusunawa dan rusunami untuk para penghuni liar di sekitar bantaran sungai-sungai di Kota Semarang.
“Ada penambahan satu lahan yang akan direklamasi untuk disposal area, membuang ‘sampah’ hasil pengerukan dan itu bisa dimanfaatkan untuk yang lain. Harapan saya bisa untuk mereka yang akan direlokasi dengan membuatkan semacam rusunawa atau rusunami,” terang orang nomor satu di Jawa Tengah itu.
Sebelumnya, Ganjar juga meninjau Sungai Banjir Kanal Timur. Di tempat itu dia menegaskan, munculnya penghuni-penghuni liar di sekitar sungai wajib ditertibkan pemerintah daerah.
“Niki arep kula resiki setuju mboten? Nek tak resiki berarti iki kabeh dibongkar lho. Mbok rencang-rencang diajak rembug iki arep didandani ben ora banjir terus, nanging awake dewe kudu pindah, wong iki tanahe yo dudu duweke dewe. Mengko ben ditertibke Pak Walikota,” tanyanya kepada Sukardi, salah seorang penghuni liar yang mendirikan warung di atas lahan Sungai Banjir Kanal Timur.
Melalui penertiban, diharapkan antisipasi banjir di Kota Semarang semakin efektif, sekaligus memperindah lanskap ibukota Provinsi Jawa Tengah tersebut.
Tak hanya itu, Ganjar berpendapat estetika kota juga dapat ditunjang dari pengembangan infrastruktur jalan yang tepat. Saluran-saluran pipa
air yang ditata dengan baik menjadikan sebuah kota akan lebih sedap dipandang mata.
“Saluran pipa dan penyambungan jalan masuk harus ditata. Arahan Bapak Gubernur adalah Kota Semarang harus rajin berbenah agar lebih meningkatkan estetika. Green pedestrian akan terus diupayakan. Selokan di sini akan ditinggikan setengah meter,” tutur Kepala Dinas Bina Marga Kota Semarang Iswar Aminuddin saat mendampingi Gubernur Ganjar Pranowo meninjau Jalan Woltermonginsidi.
Lebih lanjut Iswar menjelaskan, perbaikan infrastruktur ruas Jalan Soekarno Hatta-Jalan Kaligawe sepanjang 6,7 km masih menyisakan empat kilometer lagi. Dana yang dikucurkan berasal dari APBD Kota Semarang dan bantuan dari Pemprov Jateng.
Pasca meninjau Jalan Wolter Monginsidi, Ganjar melanjutkan tinjauan infrastruktur ke Exit Tol Kaligawe. Ada tiga plotting pekerjaan di lokasi tersebut. Yakni di Siliwangi, Tanah Mas, dan Off Ramp Tol Kaligawe. Nilai paket pekerjaan itu mencapai Rp 15,653 miliar.
This article was written by humasjtg3